Iklan Utama

Jumat, 19 September 2008

Review Hotel Kharisma, Bukittinggi

Saya check-in di hotel ini tanggal 12 September 2008. Kami mengambil kamar Superior, satu tingkat dibawah Kharisma Suite yang dilengkapi dengan kulkas. Awalnya harga yang diberikan 315rb, tetapi pada saat check-out, di-discount 30% karena masa puasa. Memang pada saat kami booking, sebelum puasa, jadi belum ada keputusan mengenai hal ini kata receptionistnya. Teman saya yang menginap di tempat ini juga mengalami hal yang sama, pada saat check-out apabila memang ada discount, pasti langsung dipotong tanpa diminta.

Kamarnya ada air panas dan AC yang mana sebenarnya tidak berguna di Bukittinggi. Malam hari ACnya kami matikan. 

Surprise dengan kondisi kamar yang katanya usia hotel belum 2 tahun. Sayang sekali interior yang dipilih sangat tua. Lantai tanpa karpet. Ada kursi rotan yang ukurannya agak besar, tapi tidak bisa dimasukkan di bawah meja, sehingga jadi makan tempat. Bathtub tanpa shower curtain, sehingga kalau ada yang mandi basah kemana-mana. Letak tempat sampah yang di kamar mandi juga jauh dari kloset duduknya. 

Ranjang twin hanya kasurnya yang spring bed, tapi dipannya dari kayu. Pintu menuju balkon juga membuat susah dibuka-tutup karena akan menghalangi extra bed. Secara umum penempatan barang tidak praktis.

Pada saat kami kesana, lift sedang diperbaiki. Begitu masuk kamar, banyak semut di pintu. Walaupun ramah, lama sekali menunggu mereka mencari semprotan nyamuk dan mengantar extra bed.

Bangunannya sendiri kelihatan kecil di depan, tapi membesar di bagian belakang. Di setiap lantai banyak ruang terbuka sehingga sirkulasi udara sangat baik.

Tapi yang paling parah adalah extra-bednya. Senilai 65rb, kami hanya diberikan kasur busa biasa yang amblas ditengahnya. Jadi ayah saya tidur di extra bed dengan diganjal bantal di bagian pinggang. Jadilah sama rata dengan kepala dan kaki. Buat yang bermasalah dengan pinggangnya, bisa-bisa besok pagi tidak bisa bangun.

Sarapan pagi hanya ada Mie Goreng atau Nasi Goreng, tapi dua-dua sama enak. Hanya saja, jam 3.30 pagi kami dibangunkan untuk sahur. Dan ini buat saya sangat menjengkelkan. Maklum saja, sekali terbangun saya sulit tidur kembali. Apa hotel ini hanya untuk yang puasa saja ??? Toh teman-teman muslim di bulan puasa kan tidak semuanya pasti puasa. Sangat disayangkan mengapa manajemen hotel ini tidak mengkonfirmasi pada saat check-in saja, apakah ingin dibangunkan untuk sahur atau tidak. Akibatnya, hotel yang seharusnya menjadi tempat istirahat, malah jadi tidak bisa beristirahat dengan tenang.

Mengenai lokasi, sebenarnya agak jauh dari jam gadang apabila dibandingkan dengan Ambun Suri. Kalau tadinya saya tau lokasi hotel ini, mungkin saya akan mengambil Hotel Gallery yang ada di samping The Hills dan kelihatan lebih modern dari luar. Hanya saja, bangunannya “hanya” ditumpu semacam pilar (susah nih jelasinnya) dan yang terpikir hanya, “gimana kalau gempa ya” karena di bawahnya itu kosong, bukan tanah padat.

Bagi teman-teman yang ingin kesana, saya mencatat beberapa hotel yang berdekatan. Sebelah Ambun Suri ada hotel Indria atau hotel Yuriko. Sebrang Hotel Kharisma adalah hotel Dymens. 15 langkah dari hotel Kharisma menjauhi jam gadang adalah hotel Bagindo. Samping Kharisma persis ada hotel Nikita yang sedang dibangun.

Tidak ada komentar: