Iklan Utama

Kamis, 25 September 2008

komentar pembaca 'Filosofi Air'

Jejak Pemaknaan Para Pembaca

"Filosofi Air, Jejak memaknai hidup"

 

Filosofi Air, Jejak memaknai hidup. Buku garapan Ign. Elis Handoko SCJ ini
menyajikan narasi-narasi yang merupakan jejak biografis dalam memaknai
hidup. Berikut adalah beberapa komentar yang Redaksi himpun dari beberapa
pembaca.

 

Diajak menghargai hidup

Merefleksikan perjalanan hidup, kadang menyisakan satu pertanyaan yang besar
di benak saya. Apalagi, kalau pada saat itu saya salah menilai hidup yang
saya jalani dan mengambil satu keputusan yang salah. Ini bisa terjadi karena
saya jatuh mengandalkan serta memaksakan pola pandangku saja, yang banyak
diwarnai sisi egoisme.

Lewat "Filosofi Air", saya dapat belajar memaknai hidup, agar hidup lebih
semarak lagi untuk dihidupi. Narasi "Pacar di kaki telanjang" memberi saya
suatu inspirasi yang jelas dan tegas. Yakni, bagaimana saya mesti memandang
hidup yang tidak hanya dari sisi nyatanya yang kelihatan. Sebab, dari sudut
pandang tersembuyi pun kita akan menemukan arti hidup yang lebih indah. Dan,
terkadang justru sudut pandang tersembunyi itu menyajikan makna yang lebih
baik. Yang jelas, setiap sudut pandang itu memberikan arti dan makna yang
berbeda. Kalau kita bisa lebih mendalami makna hidup kita, kita akan
menemukan kemendalaman hidup yang sejati.

Setelah diajak masuk mendalami makna hidup, jujur saya terkesan dengan
narasi "Rindu difoto mati". Mengapa? Karena saya punya pengalaman menarik
tersendiri tentang takut mati. Beberapa tahun yang lalu, saya sempat
mengalami takut mati yang teramat sangat. Yang berkecamuk di pikiranku saat
itu, kalau saya mati nanti lalu bagaimana hidup di alam sana? Apakah saya
bisa masuk surga, atau sebaliknya?

Kecemasan itu sering datang dalam setiap kesendirian, semakin membuat saya
merasa takut, takut, dan takut. Narasi "Rindu difoto mati" semakin
menyadarkan saya, bahwa kematian dalam Tuhan itu suatu yang indah yang tidak
perlu untuk ditakuti. Satu hal lagi, dengannya saya diundang untuk lebih
bisa menghargai hidup, lebih mampu mengisi hidup. Lalu, yang terpenting
adalah agar saya lebih bisa mencintai dan mensyukuri karena boleh hidup di
dunia ini. Agar setelah saya mati, apa yang telah saya perbuat dapat
memberikan sesuatu yang terbaik buat yang saya tinggalkan.  

Romo Elis, thanks ya! Semoga tulisan Romo Elis ini bisa menjadi jendela hati
buat kita semua!

(Leni Marliya, karyawati, Tangerang)

 

 

 

Diundang menjadi sederhana

Buku Filosoifi Air Romo Elis mampu memberi sentuhan hidup. Sentuhan yang
menyegarkan aspek kemendalaman. Hidup, agar mampu bermakna dan memiliki
tujuan, memang harus direnungkan atau direfleksikan. Kan jauh-jauh hari
Socrates pernah menyatakan, hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang
tidak pantas dijalani. Ya begitulah hidup! Ia harus terus disadari agar
tidak hanya mengalir begitu saja.

Cerita Romo Elis tentang "Iwak asin" cukup mengesankan saya. Di situ
diungkapkan sikap hati seorang ibu yang tenang, bening, sabar, dan rahim.
Walau jelas-jelas si ibu pagi itu mendapati anaknya berbuat salah dan gusar
yang melukai hatinya. Si anak yang membentak karena disuguhi sarapan berlauk
ikan asin . Tapi, si ibu tidak marah maupun gusar. Dengan tenang-diam dia
menatap redup ke anaknya, tanpa kata. "Orang yang khilaf biasanya cuma butuh
diterima dan dimengerti apa adanya. Selebihnya, ia rindu untuk bisa berlaku
benar kembali," tutur si ibu pada si anak yang sudah tumbuh dewasa. Dia
mencoba memberi alasan mengapa pada waktu itu tidak marah padanya.

Sikap hati ibu di "Iwak asin" mengundang saya untuk berani memaafkan dan
merangkul kembali siapa saja yang bersalah, dengan tanpa marah maupun
mendendam. Dan lagi, untuk bisa memaafkan, saya mesti memilik hati yang
sederhana. Untuk bagian ini, saya diteguhkan dengan narasi "Sederhana".
Hmm., ya begitulah hidup! Ia akan terasa indah dan bermakna, yakni ketika
kita sadari dalam refleksi. Dengan itulah hidup bisa menjadi mendalam dan
pantas untuk dijalani.

(Hendro Setiawan, Palembang)

 

Menyentuh realitas keseharian

Tulisan Romo Elis membuat saya terkagum-kagum. Ia sanggup memaparkan
refleksi-refleksi filosofis melalui pengalaman-pengalaman sederhana yang
membumi. Dengan rangkaian bahasa yang indah dan puitis, ia bisa menjabarkan
hal-hal yang terentang jauh dari bentangan alam pikir manusia kebanyakan,
menyatu dalam realitas keseharian. Dari torehan-torehan tulisannya tampak
bahwa Romo Elis merupakan sosok yang sangat reflektif.

Karya Romo Elis sarat dengan permenungan yang mendalam, menyitir
pernyataan-pernyataan orang-orang besar dan memadukannya dengan
pernyataannya sendiri yang bersumber dari pengalaman-pengalaman empirisnya.
Pengalaman berpastoral di pedesaan-pedesaan merupakan kekayaan yang luar
biasa yang bisa ia bagikan kepada para pembacanya.

(Maria Etty, wartawati,  Jakarta)

 

Jadi teman harianku

Aku suka dengan tulisan Romo Elis. Bahasanya mengalir, enak dan tidak
bertele-tele. Pemaknaan hidup demi pemaknaan hidup yang dikemas dalam bahasa
tulis yang mengalir lincah itu membuat aku ingat dengan pengalaman hidup
pribadiku sendiri. Ternyata, ada beberapa kesamaan yang saya alami dengan
apa yang Romo Elis narasikan dan maknai dalam buku Filosofi Air. Di sinilah,
aku diajak untuk melihat dan menyadari hidup secara lebih serius dan
mendalam.

Aku sangat tersentuh dengan narasi Romo Elis yang bertajuk "Cawan hidup".
Narasi ini saya baca berkali-kali dan berulang-ulang. Ia memberi sentuhan
peneguhan dengan pelayanan yang sedang saya gulati di salah satu badan
kegiatan orang muda Katolik. Percikan rohaninya memberikan penyejukan atas
pengalaman saya saat ini.

Narasi favorit lainnya adalah "Di doa ibu". Cerita yang disuguhkan memang
pendek, tapi mendasar untuk memancangkan keyakinan bahwa ibu selalu baik
buatku. Aku sendiri mengalami kesertaan ibu, sedari saya masih di TK dulu.
Doa ibu memang indah.

Yakin, deh! Buku ini adalah teman buat pengalaman hidup harianku. Dengannya
aku disapa, bahwa hidup haruslah disadari, disyukuri, disetiai, dan...
dijalani....

(Grace, mudika, Jakarta)

 



http://stefirengkuan.multiply.com/
http://cahayapineleng.multiply.com/
http://www.cahayapineleng.info/

 

 

 


PEMESANAN klik di http://www.senakel.com/productDetails.asp?id=688
<http://www.senakel.com/productDetails.asp?id=688&sub=4> &sub=4

 

 

TERIMA KASIH ATAS KERJASAMA ANDA

Informasi pemesanan segera dikirim ke email Anda. Silakan cek folder Inbox /
Spam Anda untuk melihatnya.

Jika email masuk ke folder spam, harap tandai NOT SPAM dan tambahkan
order@senakel.com dan senakel@senakel.com

 ke dalam address book Anda.

 

Salam hangat dari ruang atas!

SENAKEL.COM

INSPIRING YOUR SPIRITUAL GROWTH

 

SENAKEL  berasal dari kata Latin Cenaculum. atau dalam bahasa Inggrisnya
disebut The Upper Room, yang berarti ruang atas tempat Yesus mengadakan
Perjamuan Terakhir bersama para murid-Nya. Ruangan atas ini adalah juga
tempat yang dipakai oleh para murid dan Bunda Maria untuk berkumpul dan
berdoa memohon dicurahkannya Roh Kudus kepada mereka (peristiwa Pentakosta).

Tidak ada komentar: